Trenggalek, Wakil Bupati Trenggalek, Syah Mohamad Natanegara, menghadiri prosesi pelantikan pengurus Pamengku Adat Kecamatan Bendungan yang berlangsung di Pendopo Kecamatan Bendungan, Kamis (20/11). Pelantikan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Pamengku Adat Kabupaten Trenggalek, Sunari, sebagai langkah strategis dalam memperkuat kelembagaan adat dan memastikan kelestarian tradisi warisan leluhur.
Prosesi pengukuhan digelar dengan nuansa adat Jawa yang kental. Acara diawali dengan kirab pusaka dari Balai Desa Dompyong menuju Pendopo Kecamatan Bendungan, menampilkan berbagai pusaka penting seperti Tombak Korowelang sak kembaran, Songsong Tunggul Nogo, serta Pataka Dwi Warna. Kirab ini menjadi simbol penghormatan terhadap nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi identitas masyarakat Trenggalek.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Syah Mohamad Natanegara memberikan apresiasi atas komitmen para tokoh adat dalam menjaga identitas budaya daerah. “Pemerintah sangat bersyukur karena keberadaan paguyuban seperti ini mampu menjaga identitas kultural kita. Sinergitas antar pemangku kepentingan perlu terus diperkuat agar Pamengku Adat semakin maju dan berkembang,” ungkapnya.
Syah juga menekankan pentingnya revitalisasi budaya melalui dunia pendidikan. “Bahasa Jawa dan aksara Jawa perlu ditempatkan sebagai bagian dari kurikulum tetap sejak jenjang sekolah dasar. Dengan cara ini, budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi diinternalisasi dalam kehidupan generasi muda,” tegasnya.
Camat Bendungan, Sujatmiko, turut menyampaikan dukungannya atas terbentuknya kepengurusan tersebut. Ia menilai keberadaan Pamengku Adat sebagai elemen penting dalam menjaga kesinambungan tradisi lokal. “Semangat para tokoh adat di Bendungan sangat luar biasa. Kami berharap Pamengku Adat dapat berperan sebagai penjaga, pelestari, sekaligus penghubung nilai-nilai adat agar tetap hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.
Ketua Pamengku Adat Kecamatan Bendungan yang baru dilantik, Sujiono, menegaskan bahwa pelestarian budaya merupakan amanah moral yang harus dijalankan bersama. “Jika bukan kita yang menjaga adat dan tradisi, siapa lagi? Memang tantangannya berat karena tugas ini tidak bersifat material. Namun dengan keikhlasan, kita dapat menjaga warisan ini untuk generasi mendatang,” jelasnya.
Sujiono juga menyoroti tiga tradisi utama di Kecamatan Bendungan yang wajib dijaga, yakni Kirab Sekar Wijoyo Kusumo di Desa Suren Lor, Gebyar 99 di Desa Sumurup, dan Giat Nyadran di Desa Boto Putih. Ia turut meluruskan perbedaan konsep antara “Pamengku” dan “Pemangku”, meskipun keduanya terkait erat dalam ranah adat dan budaya.
Dukungan lainnya datang dari anggota DPRD Trenggalek Dapil I, Misni. Ia menilai hadirnya Pamengku Adat sebagai tonggak penting dalam mempertegas identitas budaya Bendungan. “Ini hari yang istimewa. Pamengku Adat Kecamatan Bendungan harus terus berjalan sampai kapan pun. Empat unsur pemangku adat—Pini Sepuh, Aji Sepuh, Sesepuh, dan Kasepuhan—harus dilestarikan agar tradisi tetap hidup,” tegasnya.













