Nasional, dailyindonesia.co – Pada awal perdagangan Senin (25/3/2024), nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS membuka sedikit turun dipengaruhi oleh sentimen risk-off dari Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Meski demikian, rupiah berhasil menguat tipis di tengah gejolak pasar global.
Pagi ini, rupiah dibuka tergelincir 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.790 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.783 per dolar AS. Hal ini dipicu oleh kuatnya indikator manufaktur AS dan pasar tenaga kerja yang lebih ketat, yang menurunkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal dan meningkatkan sentimen risk-off di pasar, menurut penjelasan Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata.
Di sisi lain, keputusan bank sentral Tiongkok atau People’s Bank of China (PBoC) untuk menurunkan referensi harian yuan terbesar sejak Februari 2024 memberikan tekanan tambahan pada rupiah. Langkah ini disinyalir sebagai upaya Tiongkok untuk mendukung perekonomian mereka dengan membiarkan yuan terdepresiasi.
Meskipun demikian, rupiah berhasil menunjukkan ketahanannya dengan menguat tipis terhadap dolar AS. Hal ini terjadi meskipun dolar AS menguat terhadap mata uang global, terutama karena sinyal dovish dari berbagai bank sentral global dan indikator ekonomi AS yang solid.
Indeks dolar AS yang menguat didorong oleh pernyataan dari Andrew Bailey, Gubernur Bank of England (BoE), yang menegaskan bahwa penurunan suku bunga kebijakan BoE telah mencapai puncaknya. Joachim Nagel, salah satu anggota ECB, juga memperkirakan penurunan suku bunga ECB lebih awal dari perkiraan sebelumnya, yang turut mendukung apresiasi dolar AS.
Meski terdapat gejolak sentimen pasar, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak stabil di kisaran Rp15.750 per dolar AS sampai dengan Rp15.850 per dolar AS dalam sesi perdagangan hari ini. Hal ini menunjukkan ketahanan mata uang Indonesia di tengah dinamika pasar global yang berfluktuasi. (ant/len)
